ILUSTRASI KOMIK
Komik atau comics artinya lucu atau menggelikan karena memang awalnya komik itu berupa rangkaian cerita humor yang dimuat di koran sebagai selingan di antara isi koran yang serius. Namun, dalam perkembangannya beberapa orang kemudian membuat komik dengan melibatkan topik politik, human interest, suspens, adventure, maupun hal-hal lain yang lebih serius.
Komik bisa digunakan sebagai media penyampai pesan yang efektif walaupun selalu ada biasnya. Penggunaan gambar memungkinkan pesan yang akan disampaikan menjadi lebih jelas diterima karena bahasa gambar menjadi lebih mudah dimengerti dibandingkan bahasa tulisan atau lisan. Jelasnya, membuat komik bukanlah sekedar menggambar orang dalam adegan-adegan, tetapi banyak sekali aspek yang harus dipahami oleh calon pelukis komik. Secara bahasa gambar, komik dapat dimanfaatkan untuk membuat iklan yang imajinatif. Komik juga bisa dipakai sebagai elemen dalam sebuah undangan pernikahan yang menarik.
Komik sangat berkaitan erat dengan ilustrasi, kartun, dan animasi. Namun demikian, setelah menemukan bentuknya sendiri, komik memiliki kekuatan tersendiri dalam menggambarkan sebuah cerita di mana pada masing-masing frame yang mewakili suatu scene dibuat keadaan yang mendukung alur cerita. Oleh karena itu, komik yang memiliki karakter yang kuat dan popular kemudian difilmkan dalam bentuk film animasi.
Komik yang dimuat di koran pada umumnya disebut comics strip, dan ditampilkan dalam tiga atau empat kotak yang disebut panel. Panel-panel tersebut diatur dalam suatu baris dan dibaca dari kiri ke kanan seperti membaca teks. Namun, dalam perkembangannya ketika komik dibuat di Jepang, cara membacanya mengikuti cara membaca tulisan kanji, yaitu dari kanan ke kiri.
Munculnya buku komik menghasilkan semakin banyaknya variasi pada tema-tema yang diangkat. Sehingga, pada umumnya komik memiliki gaya karikatural dan hanya sedikit yang bercorak natural. Justru dengan gaya karikaturnya itulah tokoh-tokoh dalam komik biasanya lebih mudah diterima oleh para pembaca. Dan, yang tidak boleh terlupakan, membuat komik bukanlah pekerjaan iseng. Seperti membuat film bioskop, komik harus dibuat berdasarkan logika yang baik dalam alur ceritanya maupun dalam penokohan serta lokasi kejadiannya.
Komik merupakan media yang efektif sebagai penyampai pesan karena kekuatan bahasa gambar sekaligus bahasa tulis. Oleh karena itu, selain sebagai buku, komik juga bisa dimanfaatkan sebagai asesori yang sangat menarik dalam beberapa keperluan.
Pembedaan media komik yang kadang dipandang rendah memang tidak terlepas dari adanya feodalisme dalam masyarakat yang memandang bahasa tulisan lebih tinggi nilainya dibandingkan bahasa gambar. Terlebih komik memang media yang murni bersandar pada bahasa visual, yang memvisualkan apapun ke dalam gambar (hingga dikenal istilah teks balon, quipu, dsb). Komik merupakan satu anomali yang berada antara buku (yang sarat bahasa tulisan) dan film (yang sarat bahasa visual). Dari pemahaman ini, maka komik memiliki keleluasaan untuk memilih cara bertuturnya apakah menitik beratkan pada bahasa tulisan atau sebaliknya, dan menjadi media yang sangat resourcefull.
Selain unsur visual-narasinya, perlu diingat bahwa komik pada dasarnya adalah media entertainment, sehingga mau tidak mau, unsur hiburan juga memegang peran yang penting. Core-nya komik adalah budaya pop. Terlebih, pada dasarnya komik dibuat atas dasar kesukaan, baik dari kesukaan komikus maupun kesukaan pembaca.
Menilik perkembangan komik lokal di Indonesia, secara umum telah memiliki dasar yang bagus dan teknik ilustrasi yang semakin berkembang. Kelemahan masih tampak dari segi karakterisasi dan story telling yang memegang peran penting dalam media komik, mengingat setiap komikus memiliki jagad komik-nya sendiri-sendiri (untuk lebih halus menyebut komikus sebagai orang ‘autisme’ karena memiliki dunia dan cara berkomunikasinya sendiri). Apalagi saat ini bisa dikatakan adalah era terjun bebas, dimana apapun bisa kita lakukan.
Menggali potensi dan identitas komik lokal dapat dilakukan dengan meningkatkan wacana sebagai sarana belajar serta meningkatkan persepsi masyarakat terhadap media ini, juga dengan belajar dari genre-genre yang ada, baik dari negeri sendiri maupun genre dari negara lain. Proses belajar ini juga diikuti dengan kejujuran serta kemampuan untuk melihat ke balik karya dari komik-komik yang ada (melihat dari langkah-langkah dibalik langkah surface-nya Scott McCloud). Ini akan menjadikan peniruan (yang umum dilakukan komikus pada awal masa kiprahnya) juga menjadi sebuah proses belajar serta mampu mengaktualisasikan diri dan semangat pribadi serta budaya dalam karya-karyanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar